BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 27 Juni 2011

Sahabatku, Semanis Rujak

Sahabatku, Semanis Rujak

Aku suka dia!!! Entah kalimat itu berulang kali aku katakan dalam hati. Seperti sebelumnya aku mengaguminya. Sungguh. Aku jadi sering tersenyum sendiri, tertawa tidak jelas membayangkan sosoknya, suami masa depanku. Hummm. “ Ara!! Udah ngerjain tugas sociolinguistics belum?? Aku pinjem dong!!”, teriakan Nina membuyarkan lamunanku. Cuaca sedang bersahabat denganku hari ini. Hujan deras tanpa angin dengan udara cukup sejuk di kota Semarang yang terkenal panas ini. Aku sedang menikmati suasana seperti ini. Sedang tidak ingin diganggu dengan tugas kuliah atapun tanggungjawab kegiatan kampus lainnya. Apalagi dengar ocehan Nina, teman satu kostku. “Ra!” kamu ngapain sih?”, Nina membuka pintu kamar kostku. Sedikit sebal aku beranjak dari tempat tidur. Pemandangan kamar kostku memang sungguh memprihatinkan. Meja belajar penuh dengan kertas-kertas dan pensil warna. Entah kapan aku jadi suka menggambar. Laptop di bawah ranjang pun dari tadi memutar lagu yang sama, “The Shape of My Heart by Back Street Boys” lagu lawas, tapi aku suka. “Ya ampun, ini kamar kayak kapal pecah aja ya?”, Nina mulai berkomentar. Aku tinggal mayun saja. Sebal!! “Ada apa sih Na, ganggu aja”. Aku berjalan ke kamar mandi, cuci muka. Ternyata dari tadi pagi aku belum cuci muka dan gosok gigi. Jorok memang, aku menjadi gila. Nina mengamati tingkahku yang sedikit aneh belakangan ini. “Ra, kamu kenapa sih? Sikapamu kelihatan aneh belakangan ini”, Nina memegang jidatku. “Ih, apaan sih Na. Emang aku gila apa?”. Hari-hari berikutnya di kampus aku mulai jarang melihatnya. Rindu sekali rasanya. Dan aku sungguh mengaguminya. Bukan sosok pemuda yang tampan memang, mungkin bila dibandingkan dengan pemuda yang dulu pernah dekat denganku sangat jauh berbeda. Bahkan teman seangkatanku dulu pernah mengira bahwa dia adalah seorang bapak-bapak yang sedang jemput anaknya. Oh my gosh!!! Segitu tuakah dia?? Memang sih tampangnya sedikit tua. Tapi bukankah itu yang membuatku kagum dan tergila-gila padanya. Udara dingin menyeruak dari luar jendela, mengajakku untuk kembali menarik selimut tebal menutupi seluruh bagian tubuh. Mataku kembali terpejam dan mendengkur. Bunyi alarm seolah tak berdaya memanggilku untuk sekedar mematikannya. Aku benar-benar terlelap. “Ara!!!!!” Teriakan khas Nina sedikit terdengar, tapi aku berniat melanjutkan mimpi. Pikirku karena hari ini kelasku masuk siang. Lalu terdengar bunyi pintu diketuk lagi dengan keras. Dengan sebal dan malas aku mulai mengumpulkan nyawa untuk membuka pintu kamar. Dan “Ara!!! Gila kamu jam segini masih molor aja. Hari ini kita ada kuis dadakan. Masuk jam 08.00, tadi si Yudi telpon aku dan bla bla bla”, Nina mulai menyerocos. Aku melangkahkan kaki menuju tempat tidur bersiap terlelap dan Nina dengan gemasnya mencubit lenganku. Aku terbangun dan meringis kesakitan. Sambil mengelus bagian lengan yang sakit, aku beranjak ke kamar mandi. “Ara!!! Dibilangin ih gak percaya. kamu mau dapet nilai D lagi??” “Kamu kata siapa sih Na, orang tadi aku barusan juga disms Wita, katanya hari ini kelasnya bu Rida kosong. Yah kamunya sih kagak percaya”, aku mengusap wajah dengan handuk. Hari ini terpaksa aku tidak mandi. Nanggung sekali. Lumayan menghemat air. Nina menepuk bahuku. “Ra, bangun dong!!! Sadar!! Ini hari apa? Kelasnya Bu Rida tuh besok”. Nina sepertinya semangat sekali. Dia memang selalu semangat di hari Rabu. Pak Hasan dosen yang menurutku paling nggak banget. Dosen muda yang tampan yang sok galak dan jayus. Kurang ngerti juga kenapa Nina selalu semangat diajar Pak Hasan. Mataku membelalak. Kaget dan tiba-tiba ingat sesuatu. “Nin, ini hari Rabu ya?”, tanyaku. Baru ingat, ternyata hari ini juga ada debat calon ketua BEM dan pastinya senior itu datang.”Bang Achan Oh Bang Achan, hiii”, hatiku riang gembira. Dengan semangat aku memilih baju yang bagus dan dandan secantik mungkin, bukan menor. Nina terheran-heran dengan tingkahku yang tiba-tiba bersemangat. Dia berlalu pergi, mungkin dandan juga kan mau bertemu pak Hasan. Ups!! “Kamu aneh!!!”, Nina mencibir dan berlalu pergi. Aku masih tersenyum-senyum gak jelas. Hari ini untuk pertama kalinya aku bakalan ketemu dengan sang pujaan hati. Ups!! Bukan pacar juga. Hatiku riang bukan kepalang. Seolah menemukan semangat baru. Namanya Ahsan Arrizal. Pemuda sederhana yang berwibawa serta berkharismatik, itu menurutku. Dia angkatan tua, 4 tahun diatasku dan sekarang sedang sibuk menyelesaikan skripsinya. Bang Ical, biasa aku menyebutnya. Terkadang sesuka hatiku memanggilnya bang Acan, entah aku menjadi sok imut begini. Pertama kali bertemu dengannya sama sekali tidak memiliki perasaan lebih. Bagiku tak ada cinta pada pandangan pertama, semuanya butuh proses. Aku melangkah riang, disampingnya Nina masih terheran-heran dengan tingkahnya. “Nin, kamu sadar gak? Bau parfummu nyengat banget. Norak ih”. Aku hanya tersenyum. Nina mencibir sebal. Perasaanku hari ini sungguh tak tergambarkan. Senang bukan kepalang. Aku masih saja tersenyum sendiri sepanjang perjalanan ke kampus. Cinta memang bikin gila. Mungkin begitu. Tapi aku bukannya gila, hanya saja sedang terlalu berlebihan saja menikmati virus merah jambu ini. Hari itu kelas Pak Hasan, aku melaluinya dengan mulus. Dosen paling killer seantero jurusan Sastra Inggris itu memang suka membuat mahasiswanya kalang kabut. Kuis dadakan atau presentasi ke depan kelas tanpa tahu topik dan persiapan sebelumnya. Tetapi kali ini aku bisa mengerjakan kuis dengan lancar, padahal malam sebelumnya sama sekali tidak belajar. Ajaib!! Seolah mendapat energi baru. “Nin, coba deh cubit aku”. Nina mencubit lenganku dengan keras, praktis aku meringis kesakitan. Aku masih saja seolah tak percaya. “Jangan keras-keras dong nyubitnya, sakit tau”. Cubitan Nina membekas merah di lenganku. Masih meringis, aku mengusap lenganku dan sambil tersenyum “Diiih, tadi bilangny suruh cubit, gimana sih? Kami sedang berteduh di bawah pohon trembesi. Sejuk. Dan pandanganku tetap tak berubah. Ke pintu Aula. Sedangkan Nina sedari tadi tersenyum gak jelas. Intinya kita sama-sama gak jelas. Angin sepoi-sepoi seperti sedang menina bobokanku. Aku berkali-kali menguap, tetapi mataku tetap tertuju pada pintu aula itu. Tepat pukul 10.00 teeettt, acara debat kandidat Ketua BEM Fakultas dimulai. Aku berharap-harap cemas menanti kedatangannya. Nina sibuk dengan laptopnya, sedangkan pandanganku tetap saja tak lepas dari pintu Aula kampus dimana acara itu berlangsung. Berharap dia datang. Hatiku berdebar-debar. Sungguh. “Nin, ke Aula yuk. Nonton debat calon ketua BEM”, pintaku. Aku menjadi penasaran begini. Jantungku benar-benar berdegup tak karuan. Khawatir dia tak datang kali ini. Padahal dia siapa juga, tapi aku begitu cemas. “Ngapain kesana, nggak ah malas. “Nin, ayolaaaah”, aku mulai merengek. Nina sama sekali tak bergeming denganku. Aku menarik lengannya. “Niiiiinnnn, ayo dong. Kesana yuuukk”, pintaku merayu sambil tetap menarik-narik lengan Nina. Melihat tingkahku yang semakin tidak jelas, akhirnya Nina menyerah. Aku dan Nina berjalan menuju Aula. Jantungku berdegup kencang. “Aku bakal ketemu dia? YES!!!”, hatiku riang. Melewati beberapa kelas, jalanku seolah terasa pelan. Ketika hampir sampai di pintu Aula, pandanganku tertuju pada satu sosok. DIA!!! Ternyata benar, dia baru saja tiba di kampus. Dia melihatku dan aku juga melihatnya. Kami saling berpandangan sesaat lalu sama-sama saling menunduk. Malu. Nina tak sadar kalau aku sedang salah tingkah. Langkah pemuda itu tegap dan kemudian masuk ke Aula. Senyum manisnya tersungging dibibirnya. Hatiku serasa meleleh. Oh God, whata day!!! Tiba-tiba aku memutuskan untuk tidak menyaksikan debat itu. Pastinya aku bakalan grogi berhadapan dengan bang Achan. Aku menarik tangan Nina. “Nin, kita pulang aja yuk”, bisikku. Selama ini entah, aku mulai jarang cerita ke Nina tentang masalahku. Aku terlalu menikmati rasa suka ini sendiri. Mungkin saja aku bertahan, tapi mungkin juga pertahananku tak sekokoh dulu. Yak, aku takut kalau rasa suka ini malah menjadikan aku ’sakit’. ‘sakit’ yang menyebabkan otakku tidak berpikir rasional. Ternyata jatuh cinta seperti ini. Oh God!! “Nin, aku gak mau sakit gini deh”, kataku di sore hari. Kami sedang asyik menyantap rujak serut di bawah pohon mangga belakang kos. Diantara penghuni kos yang lain, aku memang paling dekat sama Nina. Selain kuliah di jurusan yang sama serta kelas yang sama pula, Nina menurutku adalah teman yang pandai membesarkan hati sahabatnya. Aku melirik Nina yang kepedasan. Mukanya semakin konyol. Aku tersenyum. Nina terheran-heran. “Kenapa gitu? Kamu sakit?”. Aku menggeleng pelan. Hatiku terasa campur aduk. Ingat mama, papa dan adek-adekku yang masih kecil. Tiba-tiba rindu sama mereka. Aku menggeser tempat duduk. “Kamu tahu kenapa akhir-akhir ini tingkahku aneh?”. Nina masih menikmati sensasi pedas di mulutnya. Sedangkan pandanganku nanar jauh kesana dan enggan menyaptap rujak itu. “Aku tahu kamu aneh dan aku pun tahu kamu sedang jatuh cinta. Iya kan? Ngaku deh”, Nina menggodaku. Aku tersenyum melihat tingkah Nina. Dia seolah memilki ribuan cara untuk menghiburku. Padahal masalah yang aku hadapi saat ini tak serumit yang dibayangkan. Maslah hati yang sepele. “Aku jatuh cinta sama bang Achan”, aku memulai pembicaraan sekaligus pengakuan. Kelihatannya Nina tak begitu kaget dengan pengakuanku barusan. Dia masih saja asyik menyaptap rujak itu. “Ih, kok kamu nggak kaget gitu sih Na?”. Aku malah yang terheran dengan sikap Nina. “Ara, ingat deh kemarin tingkahmu tuh mencurigakan. Kenapa mendadak gitu jadi pingin nonton debat calon ketua BEM segala? Itu bukan kamu banget Ara”, Nina menepuk pundakku pelan. “Apa yang spesial dari bang Achan? Dia tua? Apa karena dia mantan ketua BEM Fakultas?”, selidik Nina. Aku masih saja tetap diam. Bingung mau jawab apa. Bagiku sendiri bang Achan adalah sosok yang mengagumkan. Sulit diuraikan. “Ara, diem aja sih. Kunaon euy??”, bahasa Sunda Nina keluar juga. Aku melipat kedua tangan didepan dada. Mengambil nafas panjang, aku mulai bicara. “Sejujurnya aku kurang ngerti juga kenapa aku tiba-tiba suka sama bang Achan. Padahal aku juga tahu dia sudah punya pacar. Mbak Melly, anak Hukum yang populer itu”. “Nah gitu tahu. Trus kenapa masih tetap suka?”. Aku menggeleng. “Biarkan waktu yang menjawab”. Nina memelukku hangat. Siang itu kami sedang makan siang di kantin kampus. “Plaaakkk!!!” terdengar kericuhan di pojok kantin. Aku melihat wanita cantik berpakaian kemeja merah marun bercelana jeans skinny dengan rambut hitam panjang tergerai sedang menampar laki-laki didepannya. Mataku membelalak, terkaget dengan situasi yang ada. “What?? Itu kan bang Achan!!”, pekikku. Orang-orang di kantin kini mulai memperhatikan mereka. Nina mengajakku keluar kantin, tapi aku menolaknya. Masih ingin tetap melihat akhir dari scene drama realita itu. Penasaran. Bang Achan yang aku kagumi akhir-akhir ini ternyata tidak lebih dari laki-laki pembual. Entah kenapa hatiku sedikit lega. Paling nggak rasa sukaku sedikit berkurang. Pertengkaran itupun dimulai. Bang Achan terlihat sedang mengendalikan sang wanita. Terlihat sekali emosi wanita itu membuncah dan akhirnya menangis. Tak ingin dipermalukan dengan situasi yang ada, bang Achan membawanya keluar kantin. Aku masih memperhatikan mereka hingga hilang di tikungan jalan kampus. Airmataku tiba-tiba keluar. Aku berusaha mengahapusnya. Aku menunduk dan Nina memberikan tisu untukku. “Airmatanya dihapus dulu Ara”. Dia menggenggam ujung jemariku. Menghiburku. Aku sendiri pun tak tahu kenapa tiba-tiba saja airmataku menetes. Disuatu jalan menuju kost. “Na, terima kasih telah menjadi sahabat yang sabar untukku. Bagiku sahabat sepertimu terlalu mahal untukku dilupakan”. Mataku merah berkaca-kaca. “Ih nangis lagi, malu atuh dilihat banyak orang”. Kami berpelukan erat dan airmata pun menetes. Airmata bahagia. Rasa sukaku ke bang Achan telah tergantikan dengan kebahagian memiliki sahabat seperti Nina. Pelukanku semakin erat. “Uhibbuki Fillah Nina”, ucapku lirih

Selasa, 22 Februari 2011

raaawwwrrr

Okay!! saya akan menulis suatu cerita yang menegangkan. Tetapi perlu digaris bawahi menegangkan bagi saya belum tentu menegangkan juga bagi anda, hhee

Let start...


Seperti biasa tiap hari senin pagi setelah subuh saya harus bersiap-siap berangkat ke Semarang (mau ngapain??)Kuliah dong ah, Mahasiswa getoo, hiiii. Sudah menjadi kebiasaan seperti biasa saya diantar oleh bapak saya menuju ke agen bis Nusantara. Bapak saya ini memang sangat peduli dengan saya, kemana saya pergi bapaklah yang mengantarkan. Love You Bapak :)). Oke kembali ke cerita, setelah sampai di agen bis biasanya bapak berpesan untuk berhati-hati. Saya selalu mengiyakan, setelah cium tangan bapak lalu saya naik bis dan berangkaaaaaattt, hhee


Biasa kalau pagi begitu bis-bis cepat penuh. Penuh para perantau yang siap mencari uang demi sesuap nasi (halaaahh)dan anak kuliahan seperti saya ini, heee. Saya biasa duduk pojok dekat jendela, karena bisnya ber AC dan cocok sekali untuk melanjutkan tidur. Tapi kali ini saya tidak beruntung, saya dapat tempat duduk di pinggir. Yaaaah, padahal tadi rencana mau tidur sepanjang perjalan Kudus-Semarang (Dasaar keboo). Ya sutralah daripada berdiri hayoooo?? hhehee


Samping saya duduk seorang bapak, yah lumayan tua sih tapi ga tua banget. Saya agak cuek, bapak itu pun juga. Kebiasaan kalau ga disapa duluan ga nyapa (payaaaah). Saya diam, bapak itu juga. Bis mulai melaju dan mata saya sedikit ngantuk, hooooaaaam. Tetapi saya berusaha menahan mata saya untuk tidak merem dengan meilhat pemandangan sepanjang jalan. tapi usaha itu ternyata gagal, saya tertidur dengan mendekap erat tas ransel saya. Ingat pesan ibu harus waspada!!!



"Drettt dreeeettt" hape saya bergetar. Saya terbangun dan terlihat bis sudah penuh dengan beberapa orang berdiri. Saya cuek aja dan merogoh hape saya di tas lalu membalas sms teman saya. Disamping saya, berdiri seorang bapak lumayan gemuk, berpakaian rapi walaupun bajunya sedikit kusut dan membawa tas hitam yang sudah sobek dibagian sisinya. Saya cuma sekilas saja melihatnya dan kembali hape saya bergetar.


"Ki, STNKku ketinggalan di kamu ya? tolong bawa ya" begitu kira-kira bunyi sms teman saya. Oke!! saya sudah membawanya teman, tenang aja. Tak terasa bis sudah memasuki kota Semarang. Ada beberapa penumpang yang sudah turun dan beberapa bangku pun kosong tak terisi. Tetapi bapak gemuk yg saya liat tetap berdiri dan tidak berkeinginan untuk duduk. Saya tidak menaruh curiga. Padahal masih ada 1KM lagi perjalan untuk sampai di terminal. Yaaah perasaan saya biasa aja dan ketika bus sudah mendekati terminal Terboyo saya mulai berdiri. Tetapi karena banyak orang yang sudah berdiri, maka saya urungkan dan kembali duduk. Kondisi bis memang sesak dengan orang yang terburu-buru ingin turun. Kembali saya tidak menaruh curiga. Bapak gemuk itu terasa memepet saya. Akhirnya saya berdri dan menyerobot barisan orang yang sudah antri untuk turun. Saya merasa bapak gemuk tadi mengikuti saya, karena saya ingat dan dengar deru nafasnya. Saya turun dan berjalan ke area bis kota.


Tas ransel saya taruh di depan badan saya, dan saya baru sadar kalau sebagian resleting tas saya kebuka. Oh God!! saya merogoh isi dalam tas saya. Beberapa baju masih ada, Hp juga, tetapi dompet saya?? Oh, seketika itu saya langsung panik.Saya berusaha tenang dan berpikir kalau-kalau dompet saya tertinggal dirumah. Saya menelpon bapak dan menceritakan apa yang terjadi. Bapak menwarkan untuk kembali kerumah dan mengecek dompet saya, tetapi saya tolak, karena posisi bapak sudah dikantor. Duuuuhhhh. Saya kemudian menelpon bulek saya yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumah saya. Oke!!! dan beliau mengabarkan bahwa dompet saya tidak teringgal dirumah. Ugh!! Poor Me :((. Saya benar-benar kecopetan.

Senin, 21 Februari 2011

Can't describe

Bingung dengan perasaan ini. Ya Allah, kenapa akhir-akhir ini saya merasa galau luar biasa??? Bingung dengan apa yang terjadi pada diri saya. Aneh, perasaan macam ini yang dari 3minggu kemarin hinggap dihati saya. Kenapa? KENAPA??? KENAPAAAA??

Ya Allah, this is the first time for me. Who're you? why I couldn't remove you from my life. This is too difficult..

Duluuuu tanpa saya sadari, kamu hanyalah teman baikku. Yeaah!! Kamu lucu dan sangat baik menurutku. Sungguh, saya tak ada rasa apapun terhadapmu. Kamu hanyalah temanku, sahabatku. Kamu tahu?? Teman yang menyenangkan, satu yang membuatmu berbeda dari teman lainnya kamu selalu menghadirkan tawa orang-orang disekelilingmu. Kamu tahu?? saya menangis ketika mengingat memori-memori itu. yah!! Saat ini saya menangis.

Sungguh tulisan ini sangatlah tidak penting, atau mungkin karena yang menulis juga bukan orang yang penting. Menurutmu???
Suatu hal yang menyakitkan. Lagi-lagi saya merasakan perasaan ini.

Terlalu perih saya menyulam kembali benang-benang memori tentangmu. Perih dan sangat menyayat hati. Kamu SADAR??

Kadang ingin sekali saya menonaktifkan YM dan FB saya. atau bahkan saya mengBLOCK anda dari akun pribadi saya?? biar tak ada lagi memori itu datang. Biar tak adaa lagi canda dan tawa khasmu. Aku BENCI semua itu!!!

Kamu tahu???
Kamu SADAR??

Kamu telah membangun gedung bernama cinta itu dihatiku, tapi seketika itu juga kamu merobohkannya. Sangat menyakitkan!!!

Sabtu, 22 Januari 2011

stupid mistake :((

Bodoh ..
Bodoh ..
Entah kenapa aku masih kepikiran perbuatan bodohku kemarin -____-"

sumpah, kemarin adalah hari yang konyol bagiku. Perbuatan bodoh yg aku lakukan kemarin benar2 membuatku gila. Aku tak habis pikir bisa2nya aku bilang begitu sama cowok. Iiih kayaknya bukan aku banget. Tapi itu sudah terjadi dan aku MENYESAL.

Ini kali kedua aku merasakan kegalauan. Gara2 kegilaan kemarin sekarang aku jadi galau ga karuan. Dulu pertama kali galau waktu SMA. Dan sumpah untuk kali pertama aku menitikkan airmata gara2 CINTA. Diiiiih, sesuatu yang klise. Dan sekarang aku mengalaminya kembali. What should I do??

Forget!!!
Ternyata sulit ya? Sulit sekali, semakin dilupakan akan semakin ingat. Nah lho? Jadi bingung. Memang sulit memotivasi diri sendiri, padahal kayaknya mudah banget ngasih solusi ke orang. Disaat seperti ini malah bingung gimana cara menghibur diri.

Ya Allah, ternyata oh ternyata aku jatuh CINTA.


Aaaaaaa ... Kenapa sih? Kok bisa? Aku juga ga ngerti -,-

He's kind and cool boy. I LIKE HIM ..

Minggu, 16 Januari 2011

=))

Senyum lebaarrr ...
Rasanya ingin selalu tersenyum. riang, ceria. Kapan yaa?? Sepertinya saya sudah lupa kapan terakhir saya tersenyum lepas, tertawa tanpa beban. Hmmm .. Hidup ini penuh lika-liku, kayak jalan menuju pantai Kuta Lombok gitu deh. Belokan yang tajam, menanjak, lalu lurus dan turun. Ah sepertinya seru ya?? hhehee

Kali ini saya ingin tersenyum. Siapakah orang yang berhasil membuat hidupku jadi berwarna seperti ini? Hayooo .. ditebaakk!!!

Hiii .. seseorang 'disana' yang berhasil membuat hidupku penuh semangat. Semangaaaattt!!! katanya. Seseorang itu siapa?? siapa coba??
Kelihatannya saya menulis sesuatu yang tidak begitu penting, hhihii. Setelah jatuh terpuruk dan meninggalkannya, saya berhasil mengubah hidup saya lebih berarti. Hargailah hidup ini, dirimu dan juga martabatmu.

Ah .. aku pengen tersenyum terus seperti ini.
terima kasih wahai kau makhluk ALLAH. Alhamdulillah saya bisa berjumpa dengan orang sepertimu. Memberi kebahagiaan kepada orang lain.

orang yang konyol, tapi mempesona pikirannya, he heeu =))

Sabtu, 15 Januari 2011

pengen ngakak

Hari ini hari minggu, saya putuskan untuk tidak balik ke Semarang. Padahal sebelumnya saya berniat untuk mengunjungi Koren Days di kampus saya. Tetapi saya mengurungkan niat itu, karena tugas report novel “tess d’ubervilles” telah menunggu. Begitu pun dengan tugas ELT a.k.a English Language Teaching yang membuat bingung seluruh jagad anak-anak non skripsi seperti saya, hhehee
Siang ini seharusnya saya mengerjakan paper “tess d’ubervilles”. Tetapi entah kenapa karena suatu kejadian yang menyangkut hidup saya dan sekaligus membuat sakit hati, perasaan saya menjadi malas dan tidak semangat lagi. Bukannya tidak semangat sih, tapi menunda sebentar (sama aja ya?) ☺


Suatu kali seorang sahabat sekaligus kakak bagi saya pernah mengirim sms seperti ini “ Terkadang proses menuju kedewasaan memang menyakitkan”. Saya sangat menyadari itu dan memang betul. Dan sekarang saya merasakannya. Menyakitkan!!! Lalu apakah dengan menyakitkan itu saya jadi putus asa?? Oh jangan sampai. Tetapi kemudian saya berpikir, apakah betul seorang wanita lebih dewasa dibanding dengan para pria. Belum tentu juga kan??


Tapi aneh, kenapa di hidup saya yang sudah berkepala dua ini sering kali menjumpai para pria yang bertindak sangat tidak dewasa dan bijaksana. Oh yaa??? Betul dan saya tidak bohong. Mereka tentunya umurnya jauh di atas saya.
Saya berpikir lagi, manjakah mereka?? Bisa juga. Ah masa sudah gede segitu manja sih? Yup!! Tapi itulah dia dan mereka. Entah kenapa saya sangat sakit hati dengan kata-kata seorang pria itu. Menggunakan mulutnya dengan sangat tidak bijak. Sungguh kasihan mulut pria itu, sudah dipaksa untuk bicara tidak baik, eh ngomongnya pakai emosi lagi. Hadeuuuh, sabar ya mulut. Sungguh suatu saat nanti engkau akan bicara tentang kebenaran kepadanya.
Sebagai orang yang usianya di bawah pria itu, saya tentunya bukan membalas apa yang dia katakan. Walaupun jauh di lubuk hati yang ter ter dalam ingin rasanya saya merobek-robek mulut pria itu. Hmm .. Tapi berpikir jauh lagi, kasihan juga ini orang. Mungkin mulutnya belum pernah disekolahin, apa karena pria itu tidak tahu dimana tempat bagus untuk menyekolahkan mulutnya ya?? Ckckckck .. lucu.


Tetapi begitulah realitanya. Saya terdiam, sedikit menitikkan airmata. Hancur memang hati saya, padahal selama ini saya tidak pernah berkata seperti itu kepadanya. Dia orang yang harusnya melindungi saya malah sangat sangat tidak menunjukkan kedewasaan. Itulah hidup, kadang diatas kadang dibawah. Tidak ada untungnya juga saya bersikap seperti dia, lalu apa bedanya saya dengan dia??


Memang saya sangat tidak suka menunjukkan emosi saya secara membabi buta. Amarah yang meledak-ledak. Wah kalau kaya gini bisa ngalahin ledakannya si hijau ya? LOL. Kemudian saya berpikir, biarlah kamu wahai seorang pria yang katanya “ganteng dan tampan” berkata seperti itu kepada saya. Suatu saat nanti kamu akan merasakan akibat dari apa yang kamu katakan. Rasain deh lu!! Apa gunanya kegantengan dan ketampanan kamu kalau penggunaannya tidak sesuai dengan norma adat dan budaya ( halaaaaah). Lagian “tampan dan ganteng” itu saya tulis dengan tanda kutip, hhahaa. Dasaaar, aslinya sih ga ganteng.


Okelah orang mungkin saja dengan sangat mudah menggunakan mulutnya untuk mengkritik kelemahan orang lain, apalagi kalau menyangkut soal fisik seseorang. Hmm .. suatu saat nanti saat dunianya berada di bawah dan dia mengalami apa yang orang lain alami, lalu apa yang dia rasakan? Nangis? Dasar bencing, eh bencong ding ☺. Menyesal?? Mungkin iya. Penyesalan memang selalu di akhir. Ingat ya bro, Allah tidak tidur. Bukan nyumpahin sih, tapi sekedar ngingetin aja. Allah Maha Membolak-balikkan. Kamu wahai pria “tampan” kelihatannya lupa dengan siapa kamu sebenarnya. Kamu hanya seupil manusia, kecil dan tidak berguna. Semoga kamu cepat sadar dari perilaku burukmu. Nyusahin hidup orang saja.

Senin, 27 Desember 2010

No Title

Entah kenapa aku merasa terbebani dengan sifat sensitif yang melekat di diriku. jujur, aku gampang sekali nangis.Mungkin karena sifat sensitif itulah yang membuatku gampang sekali merasa tersinggung dan tersakiti dengan sikap orang. Walhasil ujung-ujungnya nangis.

Tapi di sisi lain, kadang aku juga merasa aku mampu membawa hidupku sendiri. Bukan beerti aku g butuh bantuan orang lain. Selama manjalani kehidupan ini, aku selalu berusaha tidak menggantungkan hidupku pada orang lain. Tapi teman-temanku adalah bagian terpenting dalam hidupku.

Berada dalam fase dewasa seperti sekarang ini, yang membuat aku berpikir lebih matang dan dewasa terkadang menyulitkanku. Aku bukan seorang yang CHILDISH. Tapi kadang pembawaanku yang terlihat seperti kekanak2an.Aku berusaha menyelesaikan masalah-masalah yang hadir dalam hidup semampuku. Walaupun terkadang aku juga butuh teman untuk sekedar berbagi kisah denganku.

hmmm ...
Bimgung mau nulis apa

Aku mulai BOSAN
BOSAN dengan semuanya ...